Title: Your My Fishy / ONE SHOT/
Author: Fairy
Genre: Sad romace
Rating: General
Warning: main cast die
Word coun: 4479
****
Main cast:
Choi Hyo Rin
Donghae Super Junior a.k.a Bada / Lee Donghae
****
Suport cas
Jay Trax a.k.a Dokter Jay
Luna F(x) a.k.a perawat Luna
Minho SHINee a.k.a Choi Minho / adik Choi Hyo rin
All Suju Member
****
Annyeong author Shinging datang lagi dengan karya one shot lagi, setelah berdiam diri di laptopku selama lebih dari 1 minggu akhirnya selesai juga FF ini, author nyesek bgt waktu nulisnya, bagaimana dengan reader?? Kita lihat saja.
Kisah ini hanya fiktif belaka so no bash n jika kau membacanya baik aku tag atau tidak tinggalkan jejakmu dengan cara like dan komen FFku, dengan begitu kalian telah menghargai imajinasiku.
Gamsahamnida.
#Author ngilang
untuk kesekian kalinya aku kehilangan orang yang aku cintai
14 Agustus 2010
Malam minggu ini tak bedanya dengan malam minggu, minggu kemarin, aku duduk terdiam memandangi Seoul yang penuh dengan lampu-lampu yang menyala di malam hari ditemani ikanku yang selalu setia menemaniku. “Annyeong agashi, happy week end, bagaimana keadaanmu hari ini?” sapa seorang yeoja padaku. “Ah, annyeong Luna ssi, membosankan, hanya memandangi pemandangan Seoul di malam hari bersama Donghae” jawabku sambil melihat ke jendela kamarku. “Mwo? Ikan itu kau beri nama Donghae? Ada-ada saja kau ini. Cepat nyalakan tvmu atau kau akan menyesal, dan ini obatmu untuk malam ini diminum ya.” Perintah Luna ganhosa (perawat). “Shiro, paling juga acara-acara tak penting.” Jawabku malas, dan mengambil obat yang diberikan Luna ganhosa padaku. “Nyalakan saja Hyo Rin, pali, nanti kmu nyesel lho, setel MBC sekarang.”
“Ish, emang ada acara apa?” Kataku kesal, tapi karena penasaran akhirnya aku nyalakan tv dan aku setel stasiun MBC. Dan yah, ini membuat aku semakin kesal. “Mwo? Super Show 3? Live? Ini aku tidak salah liat ganhosa?” tanya ku heran. Aku Hyo Rin, usiaku 20 tahun. Hari ini bisa dibilang hari kesal sedunia bagiku, sendirian di Rumah Sakit, dan yang lebih parah aku nggak bisa nonton konser boyband favorit aku. “Kya! Mestinya aku disana, mestinya aku melihat Donghaeku!” kataku kesal. “Hehehe, itu Donghae ada disamping mu agashi” jawab Luna ganhosa menunjuk ke arah akuarium yang berisi ikan nemo di samping tempat tidurku.”Hya! Luna ssi! Maksudku bukan ikanku.”
“Ne arra, makanya makan yang banyak, minum obatnya, dan turuti nasihat dokter. Agar kau lekas sembuh dan bisa lihat SS3” jawab Luna ganhosa menenangkanku. “Ne, tapi jika aku sembuh SS3 Seoul sudah berakhir, SS1 satu aku tak bisa datang karena ada disni, begitu juga SS2,” sakit hati ini setiap aku mau melihat konser Super Junior pasti saja terhalang oleh penyakit ku, dan tak terasa air mata ini telah jatuh membasahi pipiku.”Uljima Hyo Rin ssi, masih ada Jepang dan beijing kan? Aku yakin kmu bisa melihat SS3.” Hibur Luna ganhosa kepadaku. “Ne, semoga saja, aku bisa datang ke sana. By the way bukannya mereka juga idolamu? Kau tidak melihatnya?”
“Ani, aku kan harus merawatmu, kita lihat disini saja ya, aku redupkan lampu kamarmu dan nyalakan light stick kita ok?”
“Ne, ide bagus.” Akhirnya aku dan Luna ganhosa menyaksikan SS3 Seoul melalui televisi.
****
“Hyung, hari ini kita tidak ada kegiatan kan?” kata seorang namja kepada hyungnya. “tidak hari ini kita free waeyo?” jawab namja yang di panggil hyung itu. “Aku mau menengok omma, tadi Donghwa hyung telepon, katanya omma masuk rumah sakit karena tipus seminggu yang lalu, jika hari ini free aku mau menjenguknya.”
“Oh ya sudah pergilah, sampaikan salamku pada ahjuma, semoga beliau lekas sembuh.”
“Ne hyung gumawo.”
Donghae pov
“Sepertinya penyamaranku sudah ok” kataku sambil memperhatikan diriku di dalam cermin. Oke siap untuk berangkat.
@ Hospital
Hari ini keadaan omma sudah semakin membaik, dan kata dokter besok omma sudah bisa pulang. “Senang omma? Besok omma sudah bisa pulang ke rumah” tanyaku sambil memeluk omma. “Ne, omma senang sekali, apa lagi sekarang ada kamu dan Donghwa yang menemani omma, omma semakin senang.” sejak appa meninggal hanya omma dan Donghwa hyunglah keluargaku, mereka lah semangatku untuk tetap maju hingga sekarang. Aku berjalan menuju jendela kamar omma, dan kulihat sebuah taman yang dindah di tengah Rumah Sakit ini. “Hmm, omma aku jalan-jalan keluar sebentar ya” tanyaku pada omma. “Ne, hati-hati, siapa tau ada Elf di luar sana.”
“gwancanayo omma, aku sudah menyamar dengan baik.” kemudian aku berjalan keluar dari ruang rawat inap omma, aku berjalan menuju tanam Rumah Sakit itu, tadinya aku berniat untuk duduk-duduk disana menghirup udara segar, tapi, tapi ada pemandangan yang sangat menarik hatiku untuk mendekatinya. “Apa yang kamu lakukan agashi?” tanyaku pada seorang yeoja. “Aku mengubur Donghae” kata yeoja itu, sambil menggali tanah dengan sekop mainan. Deg. Mwo? Dia menguburku? Apa maksud yeoja ini. “Mian?” tanyaku heran. “Ikan nemoku tadi pagi mati, namanya Donghae. Dia temanku satu-satunya disini” jelasnya sambil menangis. “Kenapa kau beri dia nama Donghae?” tanyaku padanya. Yeoja itu melirik kepadaku agak lama dengan pandangan sinis. “Nuguyo? Karena aku suka Lee Donghae.” Jawabnya singkat sambil masih tetap memandangku. “Oh, begitu. Mau aku bantu menguburnya?” tanyaku padanya sampil berjongkok di sampingnya. “Ani, gumawo sudah selesai ko. Hmm kau tidak menjawab pertanyaanku, kmu siapa?” Tanyanya penasaran. “Hmm, aku, aku Bada.”
“Hmm, jadi namamu Bada? Nama yang bagus. Aku Hyo Rin, Choi Hyo Rin.” Katanya sambil berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku, dan aku pun menyambut tangannya yang mungil, lembut dan terlihat sangat rapuh. “Kamu orang baru ya? Baru kali ini aku melihatmu, menjenguk seseorang?” tanya yeoja itu dengan wajah yang lelah namun riang. “Ne, nae omma dirawat disini” jawabku sambil mempersilahkan Yeoja itu duduk di disampingku. “oh, Ommanya sakit apa oppa? Hmm aku bolehkan memanggilmu oppa? Kulihat kau lebih tua dariku.” Senyumnya merekah sangat manis sekali, membuat hatiku tiba-tiba berdetak kencang. “Ne, gwanchana. Omma kena Tipus, tapi besok sudah bisa pulang.”
“Hyo Rin agashi! Saatnya kembali kekamarmu.” Ku lihat seorang perawat datang menghampiri kami membawa sebuah kursi roda. “Hmm, aku harus kembali ke kamarku Bada oppa. Semoga lain kali kita dapat bertemu lagi” katanya sambil bankit dan menaiki kursi roda itu pergi menjauh dariku.
Donghae Pov end
****
28 Agustus 2010
Hari ini aku harus menjalani chemotherapy lagi. Hal yang paling menyakitkan untukku tapi hanya ini cara agar aku dapat bertahan hidup. “Bagaimana perasaanmu agashi?” Tanya seorang perawan pada Hyo Rin, “lelah, punggungku sakit sekali ganhosa,” katanya lirih menahan sakit. “Gwanchanayo, sabarlah nanti juga sakitnya akan hilang. Aku antar ke kamarmu ya.” Perawat itu mengantar Hyo Rin kekamarnya, dan ternyata seseorang sudah menunggunya di dalam kamar itu.
Hyo Rin Pov
“Nuguseyo?” Tanyaku pada seseorang yang ada di kamarku. Sepertinya aku tidak memiliki janji dengan siapapun. Atau dia dokter baru yang akan memeriksaku? Namja itu membalikkan badannya, ah ternyata dia namja yang waktu itu bertemu dengan ku di taman. “Bada oppa?” tanyaku sedikit ragu. “Wah kau masih mengingatku Hyo Rin? Senangnya kukira kau lupa padaku.” Katanya sambil tersenyum, dan itu senyum termanis seorang namja yang baru pertama aku lihat. “Hmm, akuarium itu kosong ya?” tanyanya sambil menunjuk-nunjuk akuarium milik Donghaeku yang sudah meninggal. “Ne, kalau Donghae tidak meninggal saat itu pasti dia sedang berenang-renang disana.” Kataku sedih mengingat kematian ikan kesayanganku. “Uljima yeppeo”
“Nugu? Naega? Anio, untuk apa aku menangis?” Jawabku sedikit tersinggung. “hahahaha, neomu kyopta. Wajahmu sudah tertekuk seperti itu agashi, sudah jangan sedih aku akan membuatnya tidak kosong lagi.” Katanya sambil mendekati akuarium itu dan entah apa yang dia lakukan sekarang akuarium kosong itu sudah terisi dengan seekor ikan nemo yang sangat lucu. “Kya! Kyopta! Dari mana ini?“ Akhirnya akuarium itu terisi juga, aku sangat menyukai ikan, bukan karena idolaku di juluki ikan, tapi bagiku ikan memberi aku semangat hidup. Ikan terlihat segar saat dia berenang-renang. “Kau suka Hyo? Naiklah dulu ke tempat tidurmu, setelah itu baru bermain-mainlah dengan ikan barumu.” Katanya membantuku turun dari kursi rodaku, dan..., hah? Dia menggendonggu menaiki tempat tidurku. “Mianhanda, aku tak ingin kau kesulitan manaiki ranjangmu,” katanya sambil menundukan kepalanyanya. “Gwanchanayo oppa, gamsahamnida mau membantuku. Hmm oppa apa yang kamu lakukan bukan kah omma mu sudah tak dirawat disini lagi?”
“Ne, aku sengaja ingin menjengukmu.”
“Mwo? Jinja? Waeyo?”
“Ani, hanya ingin memberikanmu nemo ini saja, kau suka? Siapa kira-kira namanya?”
“Hmm, molla. Yang pasti bukan Donghae lagi namanya.”
“Mwo? Waeyo? Apa kau sudah tak menyukai Lee Donghae itu?”
“Eh, enak saja, ngga akan mungkin aku tak menyukai Lee Donghae, sebarangan oppa ini, kekekekeke”
“Aigo, hahahahaha, neomu kyopta yeoja ini. Aku harap dia bisa menghiburmu, sudah jangan sedih lagi.” Katanya menggodaku. Tangannya mengangkat wajahku yang tertunduk, dan sekarang wajahnya sangat dekat dengan wajahku. “Wajahmu memerah? Kau sakit?” Tanyanya heran. “A-a-anio, naega, naega~~”
TOK TOK TOK
“Annyeong Hyo Rin, wah ada yang menjenguk rupanya,” dokter Jay datang untuk memeriksaku. “Ah, dokter nanti saja diperiksanya!” rengekku. Kenapa dokter Jay datang disaat yang tidak tepat? “Hya! Jangan begitu Hyo, biarkan dokter memeriksamu dulu, aku akan menunggu di luar, nanti aku masuk lagi ok?” Katanya sambil memegang tanganku dan pergi meninggalkan aku.
“Bagaimana keadaan ku dokter?” Tanyaku padanya, walaupun aku sudah tau jawabannya adalah nihil bagiku mengalami kemajuan. “Kau sudah tau Hyo, tapi asal kau tetap semangat, semua akan baik-baik saja.” Kata dokter Jay sambil melihat catatan riwayat kesehatanku. “Apa lagi yang aku punya selain semangat hidup, aku ingin memiliki kenangan indah hingga saatnya tiba,” kataku tersenyum sambil menitihkan air mata. Aku tau waktuku hanya tinggal sesaat lagi. Tapi satu yang aku inginkan, aku tak ingin melihat orang yang aku sayang sedih saat ku pergi, omma, appa dan saengku, mereka adalah semangatku, aku ingin di akhir massaku aku bisa membuat mereka tersenyum. “Uljima nae tal. Aku memang bukan ayahmu, tapi kau sudah seperti anakku sendiri.” Kata dokter Jay memelukku. “Ne dokter gwanchanayo, aku tak akan menangis. Aku berjanji.” Kataku sambil mengusap air mataku. “Hmm, Hyo, besok orang tuamu datang dari Amerika kau tau?”
“Jinja? Apa mereka membawa Minhoku?” Tanyaku senang sekali, akhirnya setelah 1 bulan aku bertemu dengan mereka lagi. “Ne, Minho pulang bersama orang tuamu, tes masuknuniversitasnya sukses kata appamu.”
“Ah, syukurlah, nae namdongsaeng, gumawo informasinya dokter.” Dokter Jay tersenyum dan beliaupun pergi meninggalkan aku.
Hyo Rin Pov End
****
Donghae Pov
“Hyo Rin itu pasien yang sangat tegar, dia memiliki semangat hidup yang tinggi walaupun dokter berkata dia sudah tidak memiliki harapan hidup.” Kata seorang perawat padaku. “Hyo Rin maksud anda? Sakit apa dia sebenarnya? Hmm namaku Bada” Tanyaku penasaran pada perawat itu. “Panggil aku Luna. Hyo Rin mengidap Leukimia stadium 4. Aku mengenalnya 5 tahun yang lalu, saat pertama kali Hyo Rin memulai perawatan di Rumah Sakit ini.” Apa? Gadis itu tak terlihat seperti memiliki penyakit yang parah, wajahnya begitu ceria. Tak terbayang oleh ku derita yang dia pikul, mendengar cerita Perawat Luna membuat hati ini sakit, tak kubayangkan tubuhnya yang kecil menerima banyak sekali alat-alata chemo yang menyiksa tubuhnya. “Leukimia stadium 4? Bukankah itu sudah stadium akhir dari sebuah penyakit, suster?” tanyaku pada suster Luna. “Ne, hanya menunggu keajaiban saja. Tapi dia selalu berkata, Tuhan yang menentukan hidupku! Kata-kata itu yang membuat kami staf dokter dan perawat yang menanganinya sangat menyayanginya.” Katanya dengan pandangan kosong. Tak lama berselang dokter yang memeriksa Hyo Rin keluar dari kamar Hyo Rin. “Buatlah dia bahagia dihari-hari terakhirnya anak muda.” Katanya memengang bahuku dan pergi meninggalkan aku. “Bada ssi, aku permisi dulu, titip Hyo Rin sampai aku kembali, aku harus menyerahkan hasil pemeriksaan Hyo Rin hari ini” kata Perawat Luna meninggalkan aku. Akan lebih baik jika aku menata dulu emosiku, aku tak boleh terlihat tegang atau sedih di depannya, aku harus terlihat biasa-biasa saja. Aku menari nafas dalam-dalam, kemudian aku masuk ke kamar Hyo Rin. “Lama sekali diperiksanya?” tanyaku sambil mengedipkan mataku. “Ish, genit ya oppa ini, hehehe ini tidak lama, biasanya bisa lebih lama dari ini” jawabnya sambil tersenyum. Kami menghabisakan sore ini sambil bercanda dan tertawa bersama. Sesekali dia menceritakan kekagumannya kepada diriku. “Hya! Apa Donghae menurutmu sangat tampan? Lebih tampan diri ku tau” kataku mengodanya. “Ish oppa, tampan dirimu dari mana? Hahahaha kau jauh bila dibandingkan dengan yeoboku!” katanya sambil memainkan rambutnya yang panjang tergerai. “Mwo? Yeobo? Nugu?” tanyaku, jujur hatiku berdetak kencang saat dia menyebit diriku yeobonya, walaupun yang dia tau aku adalah Bada, tapi tetap saja aku tau itulah perasaannya untukku. “Siapa lagi kalau bukan Donghae oppa yang paling aku sayang. Hmm aku tau menggapainya sangatlah sulit, tapi ini lah perasaanku untuknya, aku menyukainya, aku menyayanginya.” Aku lihat yeoja didepanku sekarang memeluk akuarium yang berisi nemo kecil yang ada di samping tempat tidurnya. “Ne, arraso, mungkin saja Donghaemu itu juga sangat menyayangimu Hyo.” kataku mengelus rambutnya yang lembut. ”Hahaha, aku tau itu, aku dapat merasakan Haeppa juga sangat menyayangiku” jawabnya sambil tersenyum-senyum memandangi ikan pemberianku. “Mwo? Dari mana kau tau itu?”Yeoja ini, apa kau merasakan perrasaan sayangku padanya? “Rahasia.” Jawabnya sambil tersenyum manis. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah pukul 7.00pm. Hampir saja aku lupa, hari ini ada latihan buat acara besok. “Hyo, mianhae, aku harus pergi sekarang, ada urusan yang harus aku selesaikan. Istirahatlah jangan lupa kasih makan dia.” kataku berpamitan padanya, dan entah dorongan apa aku ingin melakukan sesuatu padanya. Aku maju dan mengecup keningnya, dan aku mendengar suara hatiku, selamat malam Nae Fishy, saranghaeyo.
****
@ SMEnt >> ruang dance
Back Sound Bonamana
“Berhenti! Ya~~ Donghae-ah, kenapa sich, sudah hari ini datang telat, latihan juga salah terus, ada apa denganmu?” tanya Eunhyuk padaku. “Mianhae, hari ini aku tak bisa konsentrasi sama sekali” jawabku yang masih memikirkan Hyo yang ada dirumah sakit. “Ada apa memangnya Hae?” tanya Yesung hyung padaku. “Ini karena dia, aku tak bisa berhenti memikirkannya”
“Dia? nugu? Yeoja? Ya! Lee Donghae-ah jangan bilang kau sedang jatuh cinta!” kata Heechul hyung yang aku lihat mulai kesal pada sikapku. “Anio hyung, aku tak yakin aku jatuh cinta padanya, hanya saja~~” aku tak bisa meneruskan kata-kataku lagi, hatiku sesak jika aku mengingat Fishyku yang sekarang sedang berjuang hidup dan mati disana. Aku sangat menghawatirkan dia, aku tak yakin dengan perasaanku, tapi rasanya aku tak dapat bernafas jika aku mengingat perkataan suster Luna padaku. “Apa ini tentang yeoja yang di Rumah Sakit itu? Yang tempo hari kmu ceritakan padaku?” kata Leeteuk hyung sambil merangkul bahuku. Aku mengangguk dan menceritakan semuanya kepada mereka. “Ommo, Hae, malang sekali yeoja itu” kata Eunhyuk sambil memelukku juga. “Jangan kasihani Fishyku yang satu ini, dia punya semangat hidup yang tinggi, bahkan belum pernah sekalipun aku mendengarnya mengeluh kesakitan atau apapun.” Kataku sambil menangis, tiba-tiba aku teringat almarhun appa. Tiba-tiba saja hati kecilku seperti mengatakan aku tak ingin kehilangan Hyo Rin. “Mwo? Fishyku? Dia kekasihmu?” tanya Yesung hyung tiba-tiba. “Aish Yesung, bukan, gadis itu bukan kekasih Donghae, kau ini. Sudah-sudah lebih baik kita akhiri saja latihan malam ini tapi ingat perform besok harus maksimal, Hae tunjukkan totalitasanmu, dia pasti melihatmu, kalau kau tidak maksimal dia pasti kecewa kan?” kata Leeteuk hyung kepada ku. “Ne Hyung kau benar aku harus maksimal besok dan besoknya lagi, demi Hyo Rin.”
Donghae Pov End
****
Sudah 2 minggu Bada oppa tak datang mengunjungiku disini, kemana namja itu? Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba aku merindukannya.Aku udara pagi ini sangat segar, aku duduk di taman rumah sakit ditemani oleh Haerin. Ya akhirnya aku memberinya nama Haerin. “Choi Hyo Rin!”
Hyo Rin Pov
Aku menolehkan kepalaku mencari seseorang yang memanggi namaku. Seorang namja berkaca mata? Bada Oppa kah itu? “Oppa!!” kataku sambil melambaikan tanganku, dan kulihat dia lari menghampiriku. “Annyeong Yeppeo! Bogoshipo!” katanya sambil mengacak-acak rambutku. “Na doo, kemana saja oppa, lama sekali tak mengunjungiku?” tanyaku padanya. “Mianhae, aku ada urusan yang harus aku selesaikan” jawabnya singkat. “Oh, aku kira oppa lupa padaku.” Kataku sambil memberi Haerin makan. “Mana mungkin aku lupa padaa gadis cantik penggemari Ikan ini, heheheheh, hmm hai ikan apa kabar? Siapa namamu?” kata Bada oppa sambil mengetuk-etukkan jarinya di aukariumku. “Haerin, namanya haerin, singkatan dari Donghae dan Hyo Rin” jawabku semangat. “Mwo? Hahahaha tetap ada unsur Donghaenya” katanya sambil tersenyum nakal padaku. “Waeyo? Oppa tak suka? Hmm oppa cemburu yach?” tanyaku asal padanya. Aku melihatnya terdiam sesaat, kemudian dia mendekatkan posisi duduknya ngenganku, dia memegang tanganku, dan sekarang jarak diantara kami semakin dekat. “Choi Hyo Rin, mau setiap hari kau sebut nama Donghae pun tak akan membuatmu marah ataupun cemburu.” Katanya sambil tersenyum, dan semakin lama wajahnya semakin mendekat ke wajahku. Aku tak berani melihatnya, aku menutup mataku dan. Yah, ternyata dia mencium keningku untuk yang ke dua kalianya. Aku masih menutup mataku, aku tak berani membukanya, samar-samar kudengar “Choi Hyo Rin saranghaeyo.” Seketika aku membuka mataku dan aku mendorong tubuhnya. “Mwo? Apa yang baru saja oppa katakan?” tanyaku padanya. “Hahahaha, tidak ada siaran berita ulang agashi!” jawabnya nakal. “Hya! Oppa kau curang!” kataku sambil memukul dadanya. “Pukulanmu ini tak terasa sama sekali, sini kau!” dia menarikku ke dalam pelukannnya. Aku mencoba memberontak, tapi tubuhku yang rabuh tak kuasa untuk melepaskan diriku dari pelukannya. ”Diamlah jangan memberontak, biarkan aku memelukku sekejab saja Hyo Rin.” Aku hanya mengangguk dalam diam, aku merasakan hangat dan nyamannya pelukannya, aku dapat mendengar detak jantungnya yang berdebar sangat kencang. Pelukannya begitu erat mengikat tubuhku, pelukkannya membuatku sesak. “Hyo? Kau menangis?” tanya tiba-tiba. “Ani, aku tak menangis oppa.” Donghae melepaskan pelukkannya, dan dia...“Astaga! Hyo Rin! Kau mengeluarkan darah banyak sekali.” katanya panik. “Apa, kenapa dengan aku?” aku yang tak merasakan apa-apa menjadi panik juga. Tiba-tiba donghae mengusap hidungku,dengan saputangannya yang kini penuh dengan darahku,”Kau mimisan banyak sekali, tenang ya? Kamu akan baik-baik saja, aku akan membawamu ke dalam sekarang!”
“Oppa, gwanchana aku sudah bias...”
“Sudah diam saja! Aku akan membawa mu ke ruang dokte Jay sekarang!” katanya yang tiba-tiba langsung membopongkung dan berlari menasuki area rRumah Sakit. “Dokter Jay! Dimana anda! Dokter tolong” Bada terus berlari sambil menggendongku, mencari dokter yang ada di Rumah Sakit itu. “Oppa tak usah panik ruang dokter Jay ada di sebelah sana” kataku sambil menunjuk ke arah ruangan dokter Jay. Bada langsung berlari ke ruangan yang aku tunjukkan, dan langsung membuka pintu ruang praktek dokter Jay. “Tolong Hyo Rin! Palli!” katanya pada dokter Jay. “Ada apa ini, kenapa dengan...” Dokter Jay terdiam sesaat melihat keadaanku yang sudah bersimpah darah. “Cepat letakkan dia di sana, dan kau tunggu lah di luar anak muda.” Kata dokter Jay pada Bada oppa. “Ne.” Bada oppa meletakkan aku dengan hati-hati di ranjak ruang periksa dokter Jay. “Kau akan baik-baik saja Hyo!” katanya sambil memengang tanganku. “Ne oppa tenang saja, percayakan aku pada dokter Jay, tunggu lah aku di luar Bada oppa.” Kataku menenangkan dia, dan diapun pergi meninggalkan aku bersama dokter Jay dan beberapa perawat.
Hyo Rin Pov end
****
Donghae menunggu Hyo Rin di depan ruangan dokter Jay dengan gelisah, dia tak hentinya mengucap doa, demi yeoja yang mulai dia sayangi itu. “Tuhan selamatkan dia.” katanya dalam hati, waktu berjalan begitu lambat bagi Donghae. Sudah hampir dua jam Hyo Rin berada di ruangan dokter Jay. “Kenapa lama sekali? apa yang terjadi dengannya?” kata Donghae panik. “Kasihan agashi itu, waktunya tak lama lagi” Donghae mendengar perkataan dua orang perawat yang baru saja keluar dari ruangan Dokter Jay. “Suster! Apa maksud dari perkataan anda? Apa yang terjadi dengan Hyo Rin?” tanya Donghae pada dua suster yang baru saja keluar itu. “Hyo Rin? Maksud anada pasien dokter Jay? Ini bukan pertama kali gadis itu seperti ini tuan, hanya keajaiban yang dapat merubah segalanya.” Jawab suster itu, kemudia pergi meninggalkan Donghae sendiri. “Lama sekali, kenapa lama sekali” kata Donghae berbicara sendiri. Tiba-tiba pintu ruangan dokter Jay terbuka, dan seorang gadis pucat, menggunakan kursi roda keluar dengan keadaan yang sangat menghawatirkan.
Donghae Pov
“Hyo, gwanchanayo?” tanyaku padanya. Dia hanya mengangguk lemas. “Biarkan dia istirahat anak muda, Hyo Rin butuh istirahat yang cukup.” Kata dokter Jay yang kemudian meninggal kami. “Hmm Luna ssi, boleh aku yang mengantarnya ke kamar?” tanyaku pada perawat Luna. “Ne Bada ssi, silakan, pastikan dia beristirahat ya.” Kata perawat Luna menyerahkan kursi roda Hyo Rin padaku. “Oppa, aku mau melihat bintang” kata Hyo Rin memegang tanganku. “Mwo? Andwae! Udara di luar dingin sekali Hyo, kamu harus ke kamarmu sekarang.” Kataku sembari berjalan membawa Hyo Rin ke kamarnya. “hehehe, oppa dari kamarku juga bisa lihat bintang, kau mau membantuku?” tanyanya padaku. “Oh, bilang dong kalau itu di kamarmu, baiklah.” Kataku sampil membelai lembut rambutnya yang rapuh. “Kita sudah sampai tuan putri, sini aku bantu kau ke tempat tidurmu” kataku menganggkat tubuh rapuhnya dari kursi roda. “Ani! Jangan bawa aku ke kasur, bawa aku ke jendela, palli.” Pintanya padaku. Aku pun membawanya kejendela dan menurunkan dia di balkon jendela itu. “Oppa temani aku melihat bintang.” Katanya menarik bajuku bagai anak kecil. “Ne, tapi. Tak ada bintang sama sekali Hyo” kataku heran, langit malam sangat mendung tak mungkin terlihat bintang. “Matikan lampunya dan mendekatlah padaku.” Aku perjalan ke seberang jendela, mematikan lampu kamar Hyo Rin. Aku datang menghampirinya membawa selimut. Kemudian aku duduk di belakangnya memeluk tubuhnya yang tertutup selimut. “Oppa kau lihat lampu-lampu kota Seoul yang terang berwarna warni?” tanyanya sambil menujkuk ke arah jendela. “Ne”
“Itu bintang yang aku maksud. Indah kan bersinar terang, warnanya juga bagus. Nanti di tempatku yang berikutnya aku tak perlu susah-susah jika aku ingin melihat bintang, aku bisa menggapainya sendiri, di tempat yang paling indah dan damai. Hmm oppa aku akan menunggumu di tempat itu.” Katanya memandang keluar jendela. Tuhan yeoja ini begitu tegar, tak kuasa aku menahan emosiku, air mataku jatuh begitu saja tak tertahan lagi, Fishyku yang malang, Fishyku sayang. Aku mendekapnya lebih erat sesekali aku mencium kepala. “Ne, indah sekali. Hmm jagi, kau akan menunggu ku di tempat indah itu? Walaupun aku akan datang sangat amat lama?” tanyaku dengan suara yang bergetar. “Mwo? Kau panggi aku apa oppa?” tanyanya heran. “Mulai sekarang kau adalah yeojachinguku, tak peduli kau menerima aku atau tidak, sekarang kau yeojachinguku” kataku terisak, aku tak kuat lagi menahan sakit di hatiku. Hyo Rin membalikkan badannya dan melihatku menangis, kedua tangannya yang mungil menyentuk wajahku. “Uljima oppa, apakan Bada itu rapuh? Yang aku Tau Bada itu mencerminkan seorang namja yang tangguh. Ne, aku mau menjadi yeojachingumu, tapi nanti saat kau menemuiku di taman yang penuh dengan bunga.” Katanya kini memelukku. “Ne jagi, tunggu aku disana ya. Sabarlah menungguku” air mataku semakin deras jatuh membasahi pipiku. Kupandang wajahnya dan ku kecup bibirnya dengan lembut dan memeluknya kembali. “Dengarkan aku bernyanyi untukmu ya.”
The loneliness of nights alone
the search for strength to carry on
my every hope has seemed to die
my eyes had no more tears to cry
then like the sun shining up above
you surrounded me with your endless love
Coz all the things I couldn't see are now so clear to me
You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray
On bended knee
That you will always be
My everything
Now all my hopes and all my dreams
are suddenly reality
you've opened up my heart to feel
a kind of love that's truly real
a guiding light that'll never fade
there's not a thing in life that I would ever trade
for the love you give it won't let go
I hope you'll always know
You are my everything
Nothing your love won't bring
My life is yours alone
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through
When nothing else will do
Every night I pray
On bended knee
That you will always be
My everything
You're the breath of life in me
the only one that sets me free
and you have made my soul complete
for all time (for all time)
You are my everything (you are my everything)
Nothing your love won't bring (nothing your love won't bring)
My life is yours alone (alone)
The only love I've ever known
Your spirit pulls me through (your spirit pulls me through)
When nothing else will do (when nothing else will do)
Every night I pray (I pray)
On bended knee (on my knee)
That you will always be
be my everything
chorus repeats
[almost spoken:] Every night I pray
down on bended knee
that you will always be
my everything
oh my everything
“Jeongmal sarangheyo Choi Hyo Rin” kataku mengakhiri nyanyianku. “Nado sarangheyo oppa”
****
1 minggu berlalu sejak aku putuskan Hyo Rin menjadi kekasihku. Hari ini aku akan menemuinya membawa buket bunga ini untuknya. Aku berlari semangat menuju kamar Fishyku. Dengan semangat ku buka kamarnya. “Jagiya! Mwo? Rapi sekali kamar ini? Apa dia sedang chemo?” kulihat kamarnya sangat amat rapi, seerti tidak ditempati. Aku melihat akuarium yang berisi ikan nemo itu “Hai Haerin? Dimana omma mu?” kataku memberi makan ikan kecil itu.
KLIK
Aku melihat seorang namja masuk ke kamar Hyo Rin, dan aku belum pernah melihat namja ini, namja yang aku rasa lebih muda dari Hyorin, menggunakan kaos dan celana skini jeans. “Nuguyo?” tanyaku pada namja itu. “Kau pasti Bada hyung?” tanyanya padaku. “Ne, itu aku, apa kita pernah kenal?” tanyaku penasara. “Aku Choi Minho, adik Hyo Rin noona, hmm aku haru s memanggilmu Bada Hyung atau Lee Donghae ssi?” tanyanya, dan membuatku terkejut. Dia mengetahui siapa aku sebenarnya. “Terserah saja kau mau memanggilku apa Minho, dimana noona mu?” tanyaku padanya. “Duduklah Hyung, ada yang ingin aku bicarakan padamu.”
#FLASHBACK SEHARI SETELAH DONGHAE MENYATAKAN CINTA PADA HYORIN
Pagi hari setelah malam yang menegangkan yang begitu indah bagi Hyo Rin. “Minho-ah, kau kah itu?” tanya Hyo Rin melihat sosok seorang namja yang dikenal sebagai adiknya. “Ne noona ini aku, Hya noona, aku begitu berantakan.” Jawabnya mengecup kening Hyo Rin. “Gwanchanayo, setelah ini aku baik-baik saja, percayalah.” Kata Hyo Rin membelai wajah adiknya yang tampan. “Hya! Minho-ah, kenapa menangis, kau mebuat aku bersedih.”
“Anio, noona, ani” kata Minho mengusap air mata di pipinya. “Minho, aku titip ini padamu, temui seorang namja yang bernama Bada. Dia mungkin datang kesini seteah aku pergi.” Katanya memberikan sepucuk surah pada adiknya. “Apa ini noona?”
“Berikan saja padanya, dan jangan kau buka, jangan lupa berikan Haerin padanya juga.”
#FLASHBACK END
“Begitu katanya, dan ini titipan dari noonaku” kata Minho memberikan sepucuk surat padaku. Perasaanku tidak enak saat menerima surat ini. “Apa ini Minho?” tanyaku dengan perasaan tak karuan. “Bacalah hyung aku menunggu diluar, dan nanti aku akan membawamu menemui noonaku.” Ah Hyo Rin baik-baik saja rupanya. “Baiklah aku akan membacanya dulu.” Kataku membuka surat itu dan Minho pergi meninggalkan aku.
Dear my lovely oppa.
Oppa jahat, berbohong padaku, kau kira aku bodoh? Bada itu nama anjingmu oppa. Lee Donghae oppa, itu lah kau yang sebenaranya, makanya aku tau kau juga menyayangiku, ingatkan dengan perdebatan kita? Oppa jeongmal gumawo sudah menemani aku selama 1 bulan ini, terima kasih letah mencintaiku, aku tak membayangkan dicintai oleh idolaku sendiri. Oppa jeongmal mianhae, aku tak berpamitan padamu, tapi aku harus pergi sekarang, aku harus meninggalkanmu. Uljima oppa jebal! Aku ingin melihatmu kuat,aku tak benar-benar pergi dari mu, ingat janji kita, aku menunggumu di taman bunga, aku akan disana sampai kau datang aku menunggu mu disana bersama ayahmu. Berkaryalah dengan baik, kami melihatmu dari tempat kami menunggumu.
Fishymu Choi Hyo Rin
****
“Noona, aku bawa Donghae hyung kemari seperti janjiku padamu.” Kata Minho yang membawaku ke makan Hyo Rin. Aku tak kuasa lagi menopang berat tubuhku, aku jatuh di depan nisan gadis yang kucintai, aku menangis dengan gilanya, memeluk nisan Hyo Rinku. “Waeyo Hyo? Waeyo? Disaat aku benar-benar mencintaimu, kau meninggalkanku, waeyo Hyo?” kataku putus asa tak kuasa. “Donghae-ah, uljima. Ingat pesannya, kau harus kuat, dan tegar. Hyorin pasti tak ingin melihat mu seperti ini. Bangkitlah demi dia, kuatlah demi dia. berkaryalah dengan kami demi Hyo Rin mu.” Kata Siwon yang tiba-tiba ada di belakangku. “Siwon-ah? Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku heran. “Choi Hyo Rin, dia adalah sepupuku. Dan apa yang dia tulis dalam surat itu di tullisnya dihadapan aku dan Minho. Ayo biarkan dia istirahat dengan tenang, dia sudah damai disana, dia tak merasakan sakit lagi. Ayo Donghae.” Ajak Sion membantuku berdiri, aku pun meninggalkan makan Hyo Rin bersama Siwond dan Minho.
Choi Hyo Rin, lihat lah aku akan menjadi kuat dan tegar demi kau, aku kana berkarya bersama dengan Super Junior. Saranghaeyo my lovely Fishy Choi Hyo Rin.
Fin
gimana2 mina kalau ada readeng yang nangis bombay ^^ hope you like it ^^